Minggu, 10 April 2011

JEJAK SANG MANAJER

Ditulis oleh :     M. H. Agung Sarwandy
Manager Kampoenk Jenius Sriwijaya
(SBS Cabang Sumatera Selatan)

Jejak 1. Marketing Modal Dengkul

Bisnis memiliki 2 fungsi pada hakikatnya, yakni fungsi pemasaran (marketing) dan inovasi. Paradigma manusia di awal usahanya dalam berbisnis pastilah sebagian besar berorientasi financial dalam hal ini modal. Uang adalah hal wajib demi mengawali bisnis/usaha bagi sebagian besar orang. Terutama terkait marketing. Ingat marketing maka akan ingat brosur, pamphlet, baliho, spanduk, spot iklan di radio atau televisi, iklan di media massa, dll yang biayanya seabreg-abreg,, hmm mending kalau efektif dan tepat sasaran.

Sebagaimana prinsip 80:20 dalam buku 50 Terobosan Manajemen (Edward Russell-Wailling), bahwa dalam sebuah perusahaan hendaknya kita berprinsip bagaimana mendapatkan hasil 80% dari 20% usaha.

Percayakah anda bahwa brosur anda dibaca dan disimpan rapi2 sampai mereka bersedia membeli produk kita? Yakinkah anda promosi itu bisa bertahan lama dan efektif? Jangan-jangan brosur SBS yang sudah susah payah kita cetak 2000 examplar hanya dijadikan kipas ketika panas, atau bahasa kasarnya menjadi bungkus kacang belaka. Hmm…semua manusia pasti gak mau rugi kan..? Saya manajer yang berani menentang arus ini (walau goyah dalam kesendirian ^_^)..penuh pertimbangan (walau kadang2 plin plan) beranjak memikirkan ini setelah pengalaman pahit di angkatan pertama SBS di Palembang (lebih tepatnya di Inderalaya).. Maka percayalah, sebagai manajer yang dikenal kental dengan “otak kanan”, saya berani deklarasikan mulai hari ini prinsip ini harus kita ubah. Mari beralih dari prinsip 80:20 ke prinsip 100:0 !!! 100% hasil memuaskan dari 0% modal (baca:modal dengkul).

Tidak mau rugi…marketing ya gak usah pake modal…marketing cukup dengan modal “Dengkul”_

Sabar..sabar…jangan marah dulu…terutama bagi anda (cabang SBS lain) yang sudah kebablasan eittss bahasa halusnya “terlalu asyik” marketing dengan anggaran sampai 5 jt s.d 10 jt. Mari evaluasi, jangan-jangan tidak efektif, salah sasaran ataw dikorupsi..hehe..

HATI-HATI  Artikel Otak Kanan..!! (sengaja ditulis di tengah  bukan di awal, takut gak ada yang mau baca..hehe ^_^)

Mari kita simak dulu ahli manajemen bicara,,adalah seorang Peter Drucker pernah berwasiat, “Pemasaran adalah mengetahui dan memahami pelanggan dengan baik, produk, atau jasa yang sesuai untuknya dan menjualnya.”

Mari kita bahas dari hal yang kita anggap penting ternyata kita salah, ini yang paling tidak efektif. Pengalaman berbicara disini. Karena Palembang sempat kewalahan menyebarkan 1000 brosur yang kita beli dengan harga 1Jt…(LHO..kok beli..?katanya modal dengkul…?) Tenang..tenang..belum selesai..makanya simak dulu ya satu demi satu “Jejak Sang Manajer”.

6. Banyak Teman Banyak Rezeki..!! (Friends Link)
Modal tangan kosong untuk buat brosur, poster dan spanduk seharga 1,5 Jt..semuanya sang manajer dapatkan dari kenalannya, teman sekelasnya yang sebenarnya tidak terlalu akrab selama kuliah. Bermodalkan teman lain yang akrab dengan dia, serta diimbangi dengan “kepercayaan” dia dengan orang-orang “baik” (menurut dia..^^) seperti kami, maka alhamdulillah uang itu cair tanpa halangan. (hmm..sampai sekarang pun sebenarnya uang itu belum kami kembalikan..hehe ^_^)
So, perbanyaklah jaringan relasimu..mulailah pembicaraan..jangan ragu..mari ngeteh mari bicara..uuppss iklan..

5. Terapkan 4P dalan marketing (Produk, Price, Place and Promotion)
Saya malas bahas ini sekarang..karena terlalu teoritis dan pusing jelasinnya sekarang. Makanya saya tempatkan di posisi no.2 tidak penting dalam bahasan kita. Bukan berarti tidak layak diterapkan,,tapi karena terlalu kaku dan formalitas. Namun gitu, ini harus tetap dibahas walau bukan sekarang. Yang jelas, menurut para ahli manajemen, 4 P ini penting diperhatikan dalam marketing gitu aja deh..


4. Kerjasama Lembaga (Institution Coorperate)
Sempat terfikirkan oleh “sang manajer” bahwa dengan adanya kerjasama lembaga maka dana cuma-cuma akan didapatkan. Harapan kosong ini terlalu memanjakan, justru jangan pernah berharap ‘durian runtuh’. Tapi, jadikan kerjasama ini sebagai loncatan tinggi kita sebagai lembaga berbasis pendidikan maka kerjasamalah dengan lembaga pendidikan formal yang sudah ada. Maka yang dilakukan “sang manajer” bersama tim adalah menjalin silaturahim dengan Rektor Universitas Sriwijaya, Dekan Fakultas Teknik, Dekan FISIP, dan beberapa dosen.

Hasilnya,,hmm..lebih dari sekedar uang..!!

Uang akan habis dipakai, tapi yang lebih penting adalah “Nama Baik”, sebuah citra. Di awal kemunculan SBS Palembang [saya lebih senang menyebutnya ‘Kampoenk Jenius Sriwijaya (KJS)’], kami mengadakan Launching Kampoenk Jenius. Bertempat di Ruang Serbaguna Fakultas Teknik Unsri, dengan menghadirkan Pembantu Rektor 3 (diwakilkan Kemahasiswaan) dan Dekan FT (diwakilkan PD 3). Alhamdulillah semuanya berjalan lancar. Malahan kami juga kedatangan 4 media cetak local, 1 media cetak nasional (sayang tidak ada arsipnya). Launching ini tidak dihadiri tim dari SBS pusat (timnas).

3. Jaringan Organisasi (Organisation Link)
Bicara ‘modal dengkul’ yang satu ini sangat menarik diceritakan. Sampai-sampai kami merasa enjoy menjalaninya walau banyak ‘calon peserta’ 6MB yang mengkritik, “Kantornya dimana? Kok ambil formulirnya di Sekretariat BEM?”_hehe..itulah kami di awal-awal. Banyak ketidakpercayaan public bahwa kami seolah-olah gak serius. Dengan mencantumkan nama 3 Lembaga yang sangat dikenal dikalangan akademisi pendidikan. BEM dan KGC Sumsel. Di brosur pertama kami, KJS mencantumkan tiga (3) tempat pendaftaran, BEM FT Unsri, BEM Unsri, dan KGC (Komunitas Generasi Cendikia) Sumatera Selatan. Berbekal link kenalan di semua BEM Fakultas di Unsri dan waktu itu saya juga menjadi pengurus di BEM Unsri, serta programmer kami juga pengurus KGC Sumsel. Surat khusus tuk aktivis pun kami layangkan ke seluruh Lembaga Mahasiswa di Unsri. Yaa..organisasi mahasiswa adalah sasaran empuk untuk marketing. Mereka akan jadi marketing hidup selamanya. Pada akhirnya di angkatan pertama kami mendapatkan hampir separoh peserta adalah aktivis mahasiswa. Namun diakui cara ini harus dievaluasi, banyak yang tidak menanggapi surat kami dikarenakan ketidakjelasan SBS sebagai sebuah lembaga pendidikan nonformal kata mereka.

2. Seminar, Ceramah Umum dan Bedah Buku (Presentation)
Mei 2010 adalah momentum awal cikal bakal SBS Sumsel (baca:KJS). Berbekal jaringan di BEM Unsri, sebelum menjadi manajer, saya mendapatkan kesempatan membuat acara bedah buku bertemakan pendidikan di Pekan Pendidikan Unsri (PPU) BEM Unsri. Saat itu teman-teman BEM Unsri meminta saran saya bagusnya buku apa yang kami bedah. Langsung saja saya ambil kesempatan ini untuk menghadirkan Mr. Yunsirno ke Universitas Sriwijaya. Padahal malam itu kami menghubungi Mr.Yun 2 hari sebelum hari-H. Dahsyatnya lagi, buku Keajaiban Belajar yang baru disebarkan sebagai contoh hanya 30 examplar. Belum banyak yang tau buku ini. Strategi kami, bedah buku ini kami persembahkan secara gratis alias NOL rupiah. Semua biaya ditanggung BEM Unsri. Bulan itu juga Mr. Yun mendapat tawaran mengisi acara Kuliah Umum di Fakulktas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Pasca bedah buku dan kuliah umum itupun akhirnya banyak tanggapan positif mahasiswa Unsri tuk berangkat ke Pontianak, belajar Bahasa Inggris di Kampoenk Jenius (SBS). Sampai akhirnya kami kabarkan bahwa ada rencana buka cabang di Palembang, terkhusus Inderalaya (desa..uuppss kota di mana Unsri bersemayam ^_^)


1. Distribusi Buku Keajaiban Belajar (Books Marketing)
Buku…buku…buku…yaa buku ‘Keajaiban Belajar” lah yang banyak berimbas positif dalam marketing di Sumatera Selatan. Diawali dengan tawaran Mr.Yunsirno untuk berbisnis/berjualan Buku Keajaiban Belajar. Buku ini benar-benar ajaib. Tanpa repot-repot saya promosikan, dalam satu bulan buku ini sudah ludes habis 380 examplar di 4 kota (Inderalaya, Prabumulih, Lubuk Linggau dan Palembang). Ya,,’Jejak Sang Manajer’ diawali dengan menjadi distributor jenius buku Keajaiban Belajar. Hehe,,distributor jenius itu maksudnya apa toch,, saya mencoba menjadi penjual yang tidak kelihatan berjualan seperti salesman door to door.. ^_^ yuupss karena saya tidak berbakat. Lagi-lagi jaringan teman dan organisasi.



Saya tempatkan distribusi Buku Keajaiban Belajar di posisi pertama karena saya sampaikan pemikiran saya ke teman-teman cabang lain bahwa Buku ini adalah senjata marketing kita yang paling GILAaa… Sekali mendayung 3-4 pulau tergapai. Sambil berjualan, kita dapat untung penjualan, berbagi ilmu lewat isi buku ini, dan sekaligus promosi SBS karena ada profil dan cerita-cerita SBS di Pontianak dalam buku ini. Bahkan memperkenalkan bahwa penulis buku ini adalah Pendiri dan direktus SBS (Kampoenk Jenius) menjadi nilai jual tersendiri tuk SBS.

Demikianlah modal-modal dengkul dari saya.. ber’marketing lah dengan jenius… Hmm sejenak boleh dikatakan kita belajar sederhana dari mamang penjual es cendol keliling,,tanpa biaya,,tanpa marketing jor-joran, toh dengan berbekal keyakinan bahwa rezeki itu dari Tuhan, berkelilinglah.. kenalkan ‘es cendol’ SBS kepada semua orang..tanpa biaya marketing..semua potensi dalam diri kita adalah senjata marketing..termasuk DENGKULmu…hehehe… Yuukk b’marketing dengan modal dengkul… ^_^ @Aa

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar