Oleh : Erik Marangga
Penulis adalah seorang GM yang pernah diutus untuk menjadi Grand Instructor di KJS
(Sebuah tulisan unik..kesan seorang pendatang terhadap daerah yang disinggahinya)
Apa yang anda bayangkan ketika mendengar Kata Palembang? Pasti anda akan langsung meneriakkan empek-empek dengan semangatnya. Iya, saya tahu kalau empek-empek itu terkenal banget dan tentu saja enak banget. Tapi sekarang saya tidak sedang menulis tentang empek-empek walaupun empek-empek itu memang enak sekali. Saya akan bercerita tentang sebuah kota kecil yang penting sekali untuk kehidupan pendidikan di Palembang, Sumatera Selatan bahkan Indonesia. Kota kecil itu adalah kota tempat Universitas Sriwijaya (Unsri) berdiri. Nama kotanya adalah Indralaya.silahkan cek peta anda! Atau kalau ingatan anda tidak tergolong ke dalam kategori 'Jongkok', silahkan "recall" lagi pelajaran geografi di SD dulu. Dapat? Iya, iya! Saya nggak jamin anda menemukannya karena kota ini memang kota kecil yang menjadi penting hanya karena ada Unsri di situ.
Indralaya adalah ibu kota kabupaten Ogan Ilir yang merupakan kabupaten baru (baru 5 tahun) pecahan dari kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI). Dari Palembang bisa ditempuh dengan bus selama lebih kurang 1 jam. Kota dengan dominasi lahan gambut kosong ini masih sangat minim fasilitas. Padahal kota ini dihuni oleh puluhan ribu mahasiswa Universitas Sriwijaya dari berbagai daerah. Jangan tanya dimana café nyaman dengan sofa empuk dan fasilitas hotspot karena yang tidak bersofa empuk dan tidak berfasilitas hotspot saja nggak ada. Makanya untuk beberapa kebutuhan, harus ke Palembang dulu untuk mendapatkannya. Padahal kan Unsri itu sudah berdiri puluhan tahun di tempat ini. Masak nggak ada yang berpikir untuk melihat ini sebagai peluang bisnis?
Mahasiswa tinggal di tempat yang namanya 'bedek' yang tersedia di sekeliling kampus atau di rusunawa yang disediakan kampus. Bedek adalah sebuatan untuk kos-kosan berbentuk bangsal memanjang yang berisi rumah-rumah kecil seperti perumahan tentara. Satu rumah terdiri dari teras, ruang tamu, kamar tidur dan kamar mandi. Biasanya iap bedek di isi dua orang.
Mau berenang? Kubangan sih banyak karena memang lahan gambut itu kan berawa-rawa juga. Tapi kalau kolam renang, kata orang-orang yang saya tanyai sih nggak ada. Nah, akhirnya siklus kehidupan di sini ya kos-kosan, kampus, kos-kosan lagi. Kalau yang cowok sih masih bisa maen futsal di sore hari di lapangan kampus. Mau ngetem di perpustakaan kampus juga, perpustakaannya tutup jam 4 sore.
Sebenarnya kampus Unsri itu berdiri di 4 lokasi. 3 kampus berada di Kota Palembang dan satunya berada di kota (masih berat menyebutnya kota) Indralaya ini. Akan tetapi kampus utamanya ya kampus yang di Indralaya ini. Kampus yang di Palembang hanya untuk program D3, Extension, dan Pasca Sarjana serta Kedokteran khusus untuk mahasiswa semester 2 ke atas. Kampus iniceritany adalah World Class University dan katanya lagi adaah kampus terbaik di luar Jawa (kata orang Univeristas Andalas, kampus merekalah yang terbaik di luar Jawa, begitu juga kata orang USU. Unhas pun bilang begitu. Hehe…!).
Kampus ini mempunya terminal bus di dalam kampusnya. Setiap jam ada bus khusus yang pulang pergi dari kampus ini ke kampus D3 dan Ekstension di Palembang sana. Dan intensitasnya semakin tinggi ketika jam-jam masuk kuliah atau siang ketika banyak kelas yang sudah selesai belajar. Ada dua pilihan bus yang bisa membawa anda keluar dari kampus ini. Yang berwarna kuning adalah bus dengan rute Unsri Indralaya-Unsri Bukit (di Kota Palembang) dan bus yang berwarna putih-hijau akan membawa anda ke pasar 16 Ilir, pasar tertua di Pinggir sungai Musi yang terletak persis di ujung Jembatan Ampera. Kalau anda ingin bermain-main ke kota, maka naiklah bus hijau. Tapi kalau saya lebih suka naik bus warna kuning karena lebih nyaman dan tenang tanpa bunyi-bunyian musik berisisk nggak jelas yang biasanya memenuhi bus kota di sini. Walaupun tujuan saya bukan ke Unsri Bukit, saya bisa naik Trans Musi (buswaynya Palembang) yang nyaman dan adem di halte Unsri Bukit untuk melanjutkan perjalanan ke berbagai tempat di kota Palembang.
Kuliner; I Miss Kayungyun!
Waktu makan yang paling saya sukai adalah watu sarapan. Sarapan itu wajib hukumnya buat saya. Sarapan saya sih simple aja. Kalau kebetulan lagi di Malang saya suka sarapan burjo (bubur kacang ijo) pagi-pagi buta. Adang-kadang sehabis shalat subuh. Lucky me. We have Kayungyun that are ready to serve me 24 hours. Ada juga sih edisi tiruannya Kayungyun. Ada Kagugu, Kakuyunuyun dan nama-nama yang mirip lainnya. Tapi model outletnya sama kok. Tapi kalau di Malang saya punya outlet Kayungyun favorit. Saya suka menyantap burjo di Kayungyun Mertojoyo deat gedung IBI. Kacang ijonya gede-gede dan manisnya pas banget. Porsinya juga nampol abis. Selain itu, mas-mas sunda cakep yang biasa melayani ramah banget.
Beda lagi kalau kebetulan saya lagi di Padang. Setelah mabok bertubi-tubi dihantam lontong gulai dan lontong pical, saya menemukan sarapan favorit saya; kue surabi dan lupis campur burjo di depan kampus Universitas Bung Hatta. Biasanya pagi-pagi saya jalan kaki ke tempat itu. Soalnya alau telat dikit pasti nggak kebagian. Makan kue lupis yang dulumuri gula merah cair dan parutan kelapa kemudian dicemplungkan ke dalam mangkuk berisi burjo adalah hal baru bagi saya. And I love it!
Sarapan yang paling saya sukai adalah kalau lagi di Kuta Bali adalah Banana Pancake dan Scramble Egg. Saya ngga pernah sarapan selain Scramble Egg, Banana Pancake dan Toast. Satu cramble egg, dua buah toast dengan strawberry jam atau madu plus dua Banana pancake cukup membuat saya kekenyangan. Banana pancake favorit saya adalah di restorannya Yulia Inn di Kuta Square.
Beda alau lagi saya pulang kampong. Sarapan favorit saya adalah nasi putih mengepul hasil sawah ibu saya, sayur bayam dan uta karamba bakar.
Nah, bicara sarapan dengan tempat saya tinggal sekarang membuat selera sarapan saya hilang. Setiap hari hanya ada dua pilihan sarapan; Nasi uduk dan Empek-empek. Saya suka makan empe-empek. Tapi makan empek-empek dengan kuahnya yang terbuat dari cuka itu kan bikin perut perih. Lagian empek-empek tida cukup nampol buat perut saya. Makan nasi uduk juga buan favorit saya. Apalagi lauk yang tersedia hanya telur rebus atau dadar telur kebanyakan tepung. Dan itu berlaku di seluruh Indralaya. Pernah karena bosan dengan sarapan yang itu-itu saja saya sarapan bakso pagi-pagi buta. Rasanya aneh.
Ketika saat makan siang, saya bias sedikit bersora bahagia. Saatnya menjelajahi kantin-kantin kampus Unsri. Kantin favorit saya adalah antin Tenik dan kantin Eonomi. Makannya ambil sendiri dan pilihan pun bejibun. Mau pindang ikan patin, ada. Minumannya juga beragam. Minuman favorit mahasiswa di sini adalah Cappuccino blend. Sama banget dengan minuman kesukaan saya. Lagian, saya suka makan bareng mahasiswa karena saya bias nguping pembicaraan mereka. Pengen tahu saja, apa sih topi yang biasa dibicarakan mahasiswa di sini. Lagipula saya bisa sekaligus belajar bahasa lokal walaupun harus nebak-nebak artinya.
Saya tidak merekomendasikan siapa pun untuk berwisata ke Indralaya ini. Kecuali bagi anda yang tergila-gila dengan keindahan lahan gambut nan luas yang terhampar di daerah ini. Tapi memang indah kok, di kanan-kiri jalan yang berawa anda akan mendapatkan teratai putih dan merah bermekaran berselang-seling dengan rerumputan setinggi orang dewasa. Sungainya juga bening dan tenang banget. Sampai-sampai dari atas bus yang sedang berjalan saya bisa melihat dengan jelas dasarnya.
Rupanya orang-orang di sini enggan menyebut tempat ini kota. Tadi pagi teman saya nanya gini; betah tinggal di dusun Indralaya?